TUAK KOLBANO
Hari ini 13 Juni 2018 saya melintas di jalur selatan Pulau Timor. Sepanjang perjalanan disuguhi pemandangan indah. Laut biru, langit biru dan udara pegunungan yang sejuk.
Sungguh indah karya yang maha Kuasa. Sepanjang perjalanan indah itu, nampak pohok Lontar atau Tuak. Karena pohon Tuak itu ada di daerah Kolbano, masyarakat menyebutnya tuak Kolbano.
Pohon yang bisa menghasilkan nira ini adalah komoditas utama atau bahan pangan nomor satu bagi penduduk Sabu.
Sabu Raijua dan Rote juga dijuluki pulau Sejuta Lontar. Bagaimana tidak, tuak di daerah itu berjumlah jutaan. Lain di Timor, populasi pohon Tuak bisa dihitung dengan jari. Pemanfaatannya pun belum semaksimal di Sabu dan Rote.
Orang Sabu memanfaatkan air Nira untuk dijadikan gula cair. Juga disebut gula merah atau gula Sabu. Manis rasanya. Saking manisnya, kecantikan dan kemolekan nona Sabu diplesetan semanis gula.
Ada juga dibuat sebagai gula Lempeng, gula semut. Demikian pun dengan penduduk di Rote. Pemanfaatan pohon sama seperti masyarakat Sabu.
Sedangkan di Timor. Belum dimanfaatkan maksimal. Kalaupun ada yang menyadap air Nira. Sebagian orang Sabu dan Rote.
Rupanya orang Sabu dan Rote memiliki keahlian yang tidak di miliki daerah lain. Penduduk Sabu dan Rote sudah terlatih dengan panjat pohon tuak yang tinggi. Puluhan meter, bahwa bisa menyebrang dari satu pohon ke pohon yang lain.
Jika saja ini dimaksimalkan untuk dijadikan ajang panjat tebing. Bisa menjadi perhitungan NTT mendominasi ajang olah raga ektrem itu.
Merujuk pada tutur adat masyarakat. Masyarakat di pedalaman Nawen sekitaran Bipolo mengisahkan Raja Sonbay menyebar Tuak ke wilayah sekitar.
Orang pulau Raijua percaya Tuak asal dari dalam laut. Itu sebabnya, batang Tuak tidak boleh di bawah ke laut.
Namun, dalam jejak sejarah. Bapak Bangsa Australia James Cook memuji manis gula Sabu. Rombongannya membawa puluhan galon tuak menuju Australia.
Artinya masyarakat Sabu sudah mengolah Tuak jadi makanan sejak ratusan tahun lamanya. Lalu, daerah mana di NTT yang memulai pengolahan Tuak? Dari Siapa mereka belajar? Bisa diteliti e....... Hahhahhaha
Hari ini 13 Juni 2018 saya melintas di jalur selatan Pulau Timor. Sepanjang perjalanan disuguhi pemandangan indah. Laut biru, langit biru dan udara pegunungan yang sejuk.
Sungguh indah karya yang maha Kuasa. Sepanjang perjalanan indah itu, nampak pohok Lontar atau Tuak. Karena pohon Tuak itu ada di daerah Kolbano, masyarakat menyebutnya tuak Kolbano.
Pohon yang bisa menghasilkan nira ini adalah komoditas utama atau bahan pangan nomor satu bagi penduduk Sabu.
Sabu Raijua dan Rote juga dijuluki pulau Sejuta Lontar. Bagaimana tidak, tuak di daerah itu berjumlah jutaan. Lain di Timor, populasi pohon Tuak bisa dihitung dengan jari. Pemanfaatannya pun belum semaksimal di Sabu dan Rote.
Orang Sabu memanfaatkan air Nira untuk dijadikan gula cair. Juga disebut gula merah atau gula Sabu. Manis rasanya. Saking manisnya, kecantikan dan kemolekan nona Sabu diplesetan semanis gula.
Ada juga dibuat sebagai gula Lempeng, gula semut. Demikian pun dengan penduduk di Rote. Pemanfaatan pohon sama seperti masyarakat Sabu.
Sedangkan di Timor. Belum dimanfaatkan maksimal. Kalaupun ada yang menyadap air Nira. Sebagian orang Sabu dan Rote.
Rupanya orang Sabu dan Rote memiliki keahlian yang tidak di miliki daerah lain. Penduduk Sabu dan Rote sudah terlatih dengan panjat pohon tuak yang tinggi. Puluhan meter, bahwa bisa menyebrang dari satu pohon ke pohon yang lain.
Jika saja ini dimaksimalkan untuk dijadikan ajang panjat tebing. Bisa menjadi perhitungan NTT mendominasi ajang olah raga ektrem itu.
Merujuk pada tutur adat masyarakat. Masyarakat di pedalaman Nawen sekitaran Bipolo mengisahkan Raja Sonbay menyebar Tuak ke wilayah sekitar.
Orang pulau Raijua percaya Tuak asal dari dalam laut. Itu sebabnya, batang Tuak tidak boleh di bawah ke laut.
Namun, dalam jejak sejarah. Bapak Bangsa Australia James Cook memuji manis gula Sabu. Rombongannya membawa puluhan galon tuak menuju Australia.
Artinya masyarakat Sabu sudah mengolah Tuak jadi makanan sejak ratusan tahun lamanya. Lalu, daerah mana di NTT yang memulai pengolahan Tuak? Dari Siapa mereka belajar? Bisa diteliti e....... Hahhahhaha
Komentar
Posting Komentar