Jejak Raijua dan Rai Malaka

Jejak Raijua dan Rai Malaka

Siapa yang beri nama Raijua? Sebuah tesis yang perlu perhatian bersama. Ahli sejarah dan Antropologi belum mendefenisikan secara detail bagi anak cucu, generasi Jaka Wai di Raijua, pulau Raijua Kabupaten Sabu Raijua.

Sejak saya belum lahir, pulau di sebelah barat Pulau Sabu ini. Sudah disebutkan opa moyang, nenek moyang orang Raijua dengan nama Raijua. Namun, bagi penduduk Sabu daratan menyebut orang Raijua, orang pulau 'Mone Pulu'.

Penyebutan itu terjadi saat mengenal perdagangan antar pulau. Mengenal transportasi laut.

Beberapa literatur juga, hanya menyebutkan penamaan pulau Sabu. Berawal dari kata Savu, Sawu dan terakhir dipopulerkan dengan sebutan Sabu. Masyarakat lokal menyebut Hawu.

Buku Riwu Kaho juga mengisahkan banyak hal tentang Sabu besar. Tetapi tentang Raijua kurang. Konon, opa dan nenek Moyang Sabu dari India. Singkat cerita, terjadi pergolakan sehingga banyak warga India mengungsi.

Belum detail, India pegunungan atau pesisir. Mungkin saja sebagian suku di India. Saat ini terjadi kawin mawin, sehingga terjadi pula perubahan sosial, pola hidup hingga kultur budaya.

Dikisahkan juga, ada tiga bersaudara bermigrasi. Belu Mau (Belu-Malaka), Sabu Mau (Sabu Raijua) dan Thi Mau (Rote). Ketiganya menempati wilayah tersebut. Soal Marga Mau, ada juga di Malaka, Belu dan Sabu. Ada jurga marga Bere. Yang sama dengan Sabu.

Kini Malaka telah menjadi daerah otonom baru. Setelah berpisah dari Belu tahun 2013. Di Malaka, masih ditemukan kesamaan beberapa bahasa daerah dengan Sabu seperti, Ayam Bakar = Manu Tunu, Tanah = Rai.

Mohon sebutkan contoh lain atau kesamaan bahasa. Itulah jejak yang saya temukan.

Daerah kaya pertanian ini, juga disebut dengan Rai Malaka. Kedengaran sama dengan Raijua, dan Rai Hawu. Masyarakat Malaka juga mengenal tradisi tenun dan makan sirih pinang. Foto 1 diambip April, bersama ibu - ibu di Malaka dengan balutan tenun.

Sementara Model rumah adat di Belu Malaka. Kisahnya sama dengan di Sabu. Model perahu di balik. Tesisnya. Mungkinkah opa nenek moyang membalik perahu membentuk rumah. Ataukah mereka, setelah menemukan pulau lalu mencari semacam gua, atau lubang untuk menjadi rumah.

Ada hal berbeda antara Sabu dan Malaka. Malaka Menempatkan perempuan di depan. Artinya, dalam hal ahli waris. Perempuan yang memegang kendali. Sabu terbalik.

Jika mau penelitian gender. Malaka saya rekomendasikan. Jika mau lihat pria cuci piring di dapur. Malaka, lagi saya rekomendasikan. Di tempat duka, Perempuan dan Laki - laki duduk terpisah. Tentu adat perempuan lebij berperan.

Secara kasat mata, perempuan di Malaka lebih banyak berpendidikan. Saya belum lihat data demografi.

Di rumah adat Malaka. Tempat yang saya jumpai. Perempuan tidak boleh duduk di teras rumah. Konon, apabila melanggar. Perempuan itu menjadi malang, tak dapat jodoh. Boleh coba? Tapi itulah kisah diakui disini. Berbeda juga dengan di Sabu.

Dalam hal, cerita rumah dengan balik. Dugaan Saya, nenek moyang kita mencari gua. Di Raijua, ada namanya Lie Jaka "Gua Jaka". Tak jauh dari pelabuhan Namo, saat ini. Gua itu, bekas tinggal Jaka Wai, kata Opa Saya, (alm).

Itu soal beberapa kesamaan. Jejak kisah masih ditemukan. Apakah itu, sejarah? Ya. Sejarah namun belum dibuktikan secara ilmiah. Sejarah tentunya dipisahkan dengan hal mistis dan dongeng. Demikian kata sejarawan Peter Apollonius Rohi.

Belu dan Malaka dulunya satu wilayah pemerintahan. Sekarang sudah pisah. Kita masih saudara Belu Mau atau Malaka Malaka Mau.

Muncul tesis lagi. Malaka lebih dekat dengan pantai. Tentunya jika ada migrasi penduduk, pasti melalui pantai. Sebut saja kita, keluarga Malaka Mau, Sabu Mau. Rai Malaka dan Raijua.

Habis baca jangan lupa belanja di pasar Motamasin Malaka. Foto 2. Jangan lupa klik jempol halaman ini. Biar ikuti cerita saya.

Share juga, biar dibaca oleh saudara di Malaka, Belu dan Sabu. Jika ada penyebutan yang keliru mohon diklarifikasi.

Komentar