Menilai Kepemimpinan dan Perjuangan Orang Sabu
Alkisah, Orang Sabu terkenal sebagai Pelaut ulung, di mana-mana terkenal sebagai Orang yang pandai, ulet dan jujur. Banyak orang luar Sabu menyanjungkan karakter orang Sabu. Bagi mereka orang Sabu pandai memposisikan diri dan memainkan perannya.
Konon, orang Sabu memiliki nilai juang tinggi, semangat Perubahan, dan Anti terhadap kekerasan dan Penindasan, apalagi yang namanya Korupsi, pemerintahan kolonisme dan feodalisme. Mereka siap lawan, lawan dan lawan sampai pemerintahan menindas tumbang.
Sebut saja, ada pahlawan Perintis kemerdekaan Julian Hendrik atau nama Sabu Ludji He, ada Huru Doko, Here Wila, dan masih banyak lagi, yang adalah pejuang perubahan berdarah Sabu.
Presiden RI pertama, Soekarno dalam setiap kesempatan selalu mengingatkan kita generasi muda, jangan sekali-kali melupakan sejarah (Jasmerah). Kini kita masih di jajah oleh bangsa sendiri. Penjajahan modern, korupsi kolusi dan Nepotisme di daerah merajalela.
Perjuanganku lebih muda karena mengusir penjajah tetapi perjuangan mu lebih sulit karena melawan bangsa sendiri (Soekarno).
Dengan berkembangnya IPTEKS atau sering dikatakan Globalisasi yang tanpa disadari, kita telah berada di masa keterbukaan informasi. Tetapi kita bisa ditipu, masih belum pandai bedakan mana pemimpin penjajah dan mana pelayan?
Generasi sekarang masih kurang pandai. Masih mau tertipu dan ditipu dengan gaya pemimpin saat yang pandai beretorika. Kenapa? Bantuan pemerintah pusat saja di bilang karya sendiri. Ini terjadi di saat jelang Pilkada.
Lalu, lupakah kita bahwa orang Sabu Anti Tipu-tipu. Mungkinkah uang telah menutup mata hati. Sehingga yang salahpun masih berkeras hati bahwa tidak salah. Tentunya tidak.
Jika demikian, mari renungkan kembali, kenapa sampai ada pejuang perubahan berdarah Sabu. Jangan sia-siakan hidup dengan terus berkata tidak pada kebaikan. Kobarkan semangat juang Mu. Semangat anti penjajahan.
Jika hari ini, saat ini, detik ini Orang Sabu masih mengeluh akan keadilan, mengeluh mahalnya harga Bensin, membiarkan pemimpin mu bersandiwara hari janji dan besok kembali janji lagi, membiarkan orang menaruh batu karang di depan matamu (red. depan Rumah karena infrastruktur jalan).
Padahal jalan yang dahulu bagus dan membiarkan kamu berjalan di atas batu itu. Kamu masih memilih diam?Masih belum sadarkah, bahwa orang Sabu adalah pejuang perubahan. Namun masih mau terus hidup dalam ketakutan dan penindasan?
Jika tidak, pilihlah jalan baru, jalan yang telah dirintis pejuang perubahan berdarah Sabu. Katakan tidak Pada Korupsi, katakan tidak pada penjajah! Dengan demikian kita telah menjadi pribadi sebagai Orang Sabu yang Pandai, pribadi yang menjunjung tinggi perjuangan pahlawan kita.
Menjadi catatan dalam benak mu, bahwa kita hidup di bawah pantauan yang Maha Kuasa bukan di bawah penguasa duniawi.
Selamat merenung dan berkarya basodara semua. salam dariku Pelipus Libu Heo.
Catatan: Tulisan ini telah ditayangkan pada media sosial Facebook pada 2015.
Alkisah, Orang Sabu terkenal sebagai Pelaut ulung, di mana-mana terkenal sebagai Orang yang pandai, ulet dan jujur. Banyak orang luar Sabu menyanjungkan karakter orang Sabu. Bagi mereka orang Sabu pandai memposisikan diri dan memainkan perannya.
Konon, orang Sabu memiliki nilai juang tinggi, semangat Perubahan, dan Anti terhadap kekerasan dan Penindasan, apalagi yang namanya Korupsi, pemerintahan kolonisme dan feodalisme. Mereka siap lawan, lawan dan lawan sampai pemerintahan menindas tumbang.
Sebut saja, ada pahlawan Perintis kemerdekaan Julian Hendrik atau nama Sabu Ludji He, ada Huru Doko, Here Wila, dan masih banyak lagi, yang adalah pejuang perubahan berdarah Sabu.
Presiden RI pertama, Soekarno dalam setiap kesempatan selalu mengingatkan kita generasi muda, jangan sekali-kali melupakan sejarah (Jasmerah). Kini kita masih di jajah oleh bangsa sendiri. Penjajahan modern, korupsi kolusi dan Nepotisme di daerah merajalela.
Perjuanganku lebih muda karena mengusir penjajah tetapi perjuangan mu lebih sulit karena melawan bangsa sendiri (Soekarno).
Dengan berkembangnya IPTEKS atau sering dikatakan Globalisasi yang tanpa disadari, kita telah berada di masa keterbukaan informasi. Tetapi kita bisa ditipu, masih belum pandai bedakan mana pemimpin penjajah dan mana pelayan?
Generasi sekarang masih kurang pandai. Masih mau tertipu dan ditipu dengan gaya pemimpin saat yang pandai beretorika. Kenapa? Bantuan pemerintah pusat saja di bilang karya sendiri. Ini terjadi di saat jelang Pilkada.
Lalu, lupakah kita bahwa orang Sabu Anti Tipu-tipu. Mungkinkah uang telah menutup mata hati. Sehingga yang salahpun masih berkeras hati bahwa tidak salah. Tentunya tidak.
Jika demikian, mari renungkan kembali, kenapa sampai ada pejuang perubahan berdarah Sabu. Jangan sia-siakan hidup dengan terus berkata tidak pada kebaikan. Kobarkan semangat juang Mu. Semangat anti penjajahan.
Jika hari ini, saat ini, detik ini Orang Sabu masih mengeluh akan keadilan, mengeluh mahalnya harga Bensin, membiarkan pemimpin mu bersandiwara hari janji dan besok kembali janji lagi, membiarkan orang menaruh batu karang di depan matamu (red. depan Rumah karena infrastruktur jalan).
Padahal jalan yang dahulu bagus dan membiarkan kamu berjalan di atas batu itu. Kamu masih memilih diam?Masih belum sadarkah, bahwa orang Sabu adalah pejuang perubahan. Namun masih mau terus hidup dalam ketakutan dan penindasan?
Jika tidak, pilihlah jalan baru, jalan yang telah dirintis pejuang perubahan berdarah Sabu. Katakan tidak Pada Korupsi, katakan tidak pada penjajah! Dengan demikian kita telah menjadi pribadi sebagai Orang Sabu yang Pandai, pribadi yang menjunjung tinggi perjuangan pahlawan kita.
Menjadi catatan dalam benak mu, bahwa kita hidup di bawah pantauan yang Maha Kuasa bukan di bawah penguasa duniawi.
Selamat merenung dan berkarya basodara semua. salam dariku Pelipus Libu Heo.
Catatan: Tulisan ini telah ditayangkan pada media sosial Facebook pada 2015.
Komentar
Posting Komentar