Dabba dan Adu Ayam di Raijua
Raijua - Dabba adalah upacara perdamaian dan persaudaraan antar suku yang ada di kecamatan Raijua Kabupaten Sabu Raijua. Dahulu kala, terjadi perang suku antar daerah di Raijua Wawa* (Bawah) dengan Raijua Dida*(Atas) untuk beradu ilmu hitam atau gaib.
Setiap tahun ada nyawa yang melayang. Singkat cerita, setelah terjadi perundingan maka setujuilah untuk digantikan dengan Pe Iu Manu*(Adu Ayam). Adu ayam itu sebagai perdamaian antar suku.
Adu ayam itu juga tidak ada unsur judi. Setelah menang, kepala suku dan keluarga akan pulang untuk syukuran dan bunuh hewan, babi untuk makan bersama di rumah suku masing - masing.
Dabba yang sudah turun temurun ini terdiri dari empat rangkaian kegiatan. Lokasinya berbeda, Pegaga Manu Ke Diba* adalah Adu ayam tanpa taji/pisau berlokasi di Kelurahan Ledeke. Lede Pegaga, satu kilometer arah selatan Puskesmas Ledeke.
Dabba Ae* di desa Bolua, Dabba Da'i* di kelurahan Ledeke dan Dabba Ro* di Kelurahan Ledeunu. Ketiganya dilakukan adu ayam dengan taji. Pisau besi diikat pada kedua kaki.
Upacara Dabba* diyakini mengandung Mistis. Para kepala suku, sebelum turun Dabba melakukan ritual, memohon perlindungan dari arwah leluhur. Membawa benda pusaka seperti tombak.
Dabba telah menjadi daya tarik pariwisata budaya di Raijua. Setiap tahunnya, sekitar 50% penduduk Raijua mengikuti dan menghadiri acara tersebut.
Mone Ama*(Tetua adat), anak suku maupun simpatisan yang hadir akan mengenakan pakaian adat seperti prajurit perang. Sambil memegang ayam, mereka bernyanyi dalam bahasa daerah. Untuk Dabba Ae* di iringan dengan Dere ngane Mangngu* (Gong dan tambur yang dipukul).
Sedangkan Dabba Dai dan Dabba Ro tidak diiringi gong dan Tambur. Konon kabarnya, jaman penjajahan, para kepala suku sepakat tidak membawa gong dan tamur karena takut dirampas.
Dari semua upacara adat di Raijua, Dabba merupakan acara adat terbesar. Setiap proses dalam acara ini mempunyai cerita dan makna tersendiri. Dabba* ini berlangsung sesuai kalender adat atau hitungan bulan Tetua Adat, pasnya di bulan sabit pertama sekitar minggu terakhir bulan maret hingga awal April setiap tahunnya.
Untuk bahasa Daerah, Penulis sengaja menandai dengan tanda (*). Info tambahan. kecamatan Raijua layak dijadikan kecamatan Pariwisita. Ada puluhan rangkaian upacara adat. Punya pemandangan alam dan bawah laut yang indah. Pasir putih, ombak besar, serta arus selat Raijua.
Ada Upacara Dabba, pehere Djara, Kewego, Hidu Badda, Peluru Rudju, Ke Bo Ma, Magarae, Banga Liwu, Pe Oke, Pe Hele. Ada Pelala Kowa Rotai, Pedoa Adji, Pana Dahi, Pe Gede dan Hidu Madda serta masih banyak lagi. ini semua terjadi dalam siklus satu tahun di Raijua. (Pelipus Libu Heo)
Raijua - Dabba adalah upacara perdamaian dan persaudaraan antar suku yang ada di kecamatan Raijua Kabupaten Sabu Raijua. Dahulu kala, terjadi perang suku antar daerah di Raijua Wawa* (Bawah) dengan Raijua Dida*(Atas) untuk beradu ilmu hitam atau gaib.
Setiap tahun ada nyawa yang melayang. Singkat cerita, setelah terjadi perundingan maka setujuilah untuk digantikan dengan Pe Iu Manu*(Adu Ayam). Adu ayam itu sebagai perdamaian antar suku.
Adu ayam itu juga tidak ada unsur judi. Setelah menang, kepala suku dan keluarga akan pulang untuk syukuran dan bunuh hewan, babi untuk makan bersama di rumah suku masing - masing.
Dabba yang sudah turun temurun ini terdiri dari empat rangkaian kegiatan. Lokasinya berbeda, Pegaga Manu Ke Diba* adalah Adu ayam tanpa taji/pisau berlokasi di Kelurahan Ledeke. Lede Pegaga, satu kilometer arah selatan Puskesmas Ledeke.
Dabba Ae* di desa Bolua, Dabba Da'i* di kelurahan Ledeke dan Dabba Ro* di Kelurahan Ledeunu. Ketiganya dilakukan adu ayam dengan taji. Pisau besi diikat pada kedua kaki.
Upacara Dabba* diyakini mengandung Mistis. Para kepala suku, sebelum turun Dabba melakukan ritual, memohon perlindungan dari arwah leluhur. Membawa benda pusaka seperti tombak.
Dabba telah menjadi daya tarik pariwisata budaya di Raijua. Setiap tahunnya, sekitar 50% penduduk Raijua mengikuti dan menghadiri acara tersebut.
Mone Ama*(Tetua adat), anak suku maupun simpatisan yang hadir akan mengenakan pakaian adat seperti prajurit perang. Sambil memegang ayam, mereka bernyanyi dalam bahasa daerah. Untuk Dabba Ae* di iringan dengan Dere ngane Mangngu* (Gong dan tambur yang dipukul).
Sedangkan Dabba Dai dan Dabba Ro tidak diiringi gong dan Tambur. Konon kabarnya, jaman penjajahan, para kepala suku sepakat tidak membawa gong dan tamur karena takut dirampas.
Dari semua upacara adat di Raijua, Dabba merupakan acara adat terbesar. Setiap proses dalam acara ini mempunyai cerita dan makna tersendiri. Dabba* ini berlangsung sesuai kalender adat atau hitungan bulan Tetua Adat, pasnya di bulan sabit pertama sekitar minggu terakhir bulan maret hingga awal April setiap tahunnya.
Untuk bahasa Daerah, Penulis sengaja menandai dengan tanda (*). Info tambahan. kecamatan Raijua layak dijadikan kecamatan Pariwisita. Ada puluhan rangkaian upacara adat. Punya pemandangan alam dan bawah laut yang indah. Pasir putih, ombak besar, serta arus selat Raijua.
Ada Upacara Dabba, pehere Djara, Kewego, Hidu Badda, Peluru Rudju, Ke Bo Ma, Magarae, Banga Liwu, Pe Oke, Pe Hele. Ada Pelala Kowa Rotai, Pedoa Adji, Pana Dahi, Pe Gede dan Hidu Madda serta masih banyak lagi. ini semua terjadi dalam siklus satu tahun di Raijua. (Pelipus Libu Heo)
Komentar
Posting Komentar